Jumat, 05 Juli 2013

Pesona Raja Ampat




Banyak beberapa versi cerita mengenai asal-usul nama Raja Ampat yang diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi di dalam kehidupan masyarakat asli kepulauan Raja Ampat. Salah satu versi dari cerita ini yaitu pada suatu saat di Teluk Kabui Kampung Wawiyai ada sepasang suami istri pergi ke hutan (sebagai perambah hutan) untuk mencari makanan, ketika mereka tiba di tepi Sungai Waikeo (Wai artinya air, kew artinya teluk) mereka menemukan enam butir telur naga. Telur-telur tersebut disimpan dalam noken (kantong) dan dibawa pulang, sesampainya di rumah telur-telur tersebut disimpan dalam kamar. Ketika malam hari mereka mendengar suara bisik-bisik, betapa kagetnya mereka ketika mereka melihat di dalam kamar ternyata ke-lima butir telur telah menetas berwujud empat anak laki-laki dan satu anak perempuan, semuanya berpakaian halus yang menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan raja.
Sampai saat ini belum jelas siapa yang memberikan nama kepada anak-anak tersebut tapi kemudian diketahui bahwa masing-masing anak bernama :
  1. War menjadi Raja di Waigeo.
  2. Betani menjadi Raja di Salawati.
  3. Dohar menjadi Raja di Lilinta (Misool)
  4. Mohamad menjadi Raja di Waigama (Batanta)




Sedangkan anak yang perempuan (bernama Pintolee), pada suatu ketika anak perempuan tersebut diketahui sedang hamil dan oleh kakak-kakaknya Pintolee diletakkan dalam kulit bia (kerang) besar kemudian dihanyutkan hingga terdampar di Pulau Numfor. Satu telur lagi tidak menetas dan menjadi batu yang diberi nama Kapatnai dan diperlakukan sebagai raja bahkan di beri ruangan tempat bersemayam lengkap dengan dua batu yang berfungsi sebagai pengawal di kanan-kiri pintu masuk bahkan setiap tahunnya dimandikan dan air mandinya disiramkan kepada masyarakat sebagai babtisan untuk Suku Kawe. Tidak setiap saat batu tersebut bisa dilihat kecuali satu tahun sekali yaitu saat dimandikan.
Oleh karena masyarakat sangat menghormati keberadaan telur tersebut maka dibangunlah sebuah rumah ditepi Sungai Waikeo sebagai tempat tinggalnya dan hingga kini masih menjadi objek pemujaan masyarakat.



Di tinjau dari sisi sejarah,  Kepulauan Raja Ampat di abad ke 15 merupakan bagian dari kekuasaan Kesultanan Tidore, sebuah kerajaan besar yang berpusat di Kepulauan Maluku. Untuk menjalankan pemerintahannya, Kesultanan Tidore ini menunjuk 4 orang Raja lokal untuk berkuasa di pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool yang merupakan 4 pulau terbesar dalam jajaran kepulauan Raja Ampat sampai sekarang ini.  Istilah 4 orang Raja dalam yang memerintah di gugusan kepulauan itulah yang menjadi awal dari nama Raja Ampat.
Kabupaten yang memperingati Hari Ulang Tahun setiap tanggal 9 Mei ini sekarang merupakan sebuah Kabupaten di Propinsi Papua Barat yang dimekarkan dari Kabupaten Sorong pada tahun 2003. Bila kita lihat peta Propinsi Papua Barat maka letak Kabupaten ini terletak di kepulauan sebelah barat paruh burung pulau papua. Kabupaten Raja Ampat terdiri dari kurang lebih 610 pulau yang memiliki panjang total tepi pantai 753 km. Pusat pemerintahan dan sekaligus Ibukota bagi Kabupaten Raja Ampat adalah sebuah kota yang terletak di Pulau Waigeo, yaitu kota Waisai.



Di sana terdapat terumbu karang tunggal yang mengandung lebih banyak spesies dibandingkan dengan yang ada di seluruh Kepulauan Karibia. Sebuah miniatur kepulauan hutan hujan tropis dengan sederet pulau-pulau, pulau karang, hutan bakau, dan pantai berkilau mutiara di lepas pantai Papua Barat, Indonesia.
Di Raja Ampat kita bisa menemukan momen langka. Salah satunya, pertemuan yang intim dengan berbagai penemuan baru seperti hiu berjalan Raja Ampat dan kuda laut Pygmy. Ada juga dengan makhluk-makhluk lalut yang lebih dikenal seperti ikan pari Manta, penyu belimbing, dan ikan kakatua besar. Belum lagi tiga-perempat dari semua spesies karang yang lebih dulu dikenal.




Pemandangan di Raja Empat membuktikan keindahan di atas permukaan juga tak kalah spektakuler. Di Wayag, terdapat karst batu kapur curam bersiramkan sebuah laguna kobalt yang membelah hutan. Pohon kanopi dipenuhi dengan burung-burung langka yang menawarkan pertunjukan megah. Kita juga bisa menyaksikan kisah asmara melalui tarian flamengo, burung endemik merah khas Raja Ampat. Asalkan, kita bangun pada pukul 03.00.



Menyelam menjadi salah satu aktivitas menarik, tapi mendayung kayak dan trekking juga menjadi pilihan yang harus dicoba. Raja Ampat adalah alam yang paling hidup, di atas dan di bawah airnya. Raja Ampat seperti surga bumi pertiwi.
Raja Ampat memang cukup terpencil, tetapi tidak berarti sukar untuk sampai ke tempat ini. Pelayaran ke tempat ini bisa menggunakan kapal pesiar pengganti kapal pinisi tradisional. Akses lainnya bisa ditempuh dengan naik perahu dari Sorong, Papua Barat, menuju Wasai, Raja Ampat. Beberapa moda transportasi seperti perahu panjang, speedboat, perahu motor, dan perahu selam, menghubungkan Wasai dengan pulau lainnya. Di luar resort, di pulau, transportasi utamanya dengan berjalan kaki atau dengan ojek. Rasanya ga akan habis kalo kita bahas ini, so siapa yang pengen kesana?? Siapkan budget dari sekarang teman!

Sumber



Tidak ada komentar:

Posting Komentar